Jumat, 22 November 2013

Deteksi Perilaku Kecanduan Seks

kecanduan seks

Kegiatan seksual memang menjadi jawaban untukmenemukan kenikmatan, sebagian besar dari kita merasakan lebih rileks setelahmelakukannya. Namun, bagaimana jika aktifitas ini kemudian menjurus pada sifataddicted atau mencandu.


Seperti ditulis handbag, sebenarnya kesenanganberlebih terhadap seks ini dapat disembuhkan melalui terapi. Seorang aktorHollywood juga diberitakan masuk ke klini rehabilitasi seks untuk menormalkankembali prilaku seksualnya.

Sex addiction ini didefinisikan sebagaiprilaku kompulsif seksual yang tidak dalam batas normal, biasanya jikakebutuhannya tidak terpenuhi akan mengakibatkan stress pada dirinya. Merekajuga sangat mengganggu lingkungan terdekatnya.

Gangguan ini bisa berupa tindakan exibisionis,voyeurism, pornografi, penyaluran seks melalui telepon, pengucapan kata- katatidak senonoh di telepon sebagai media untuk mendapatkan kepuasan, seringnyamengunjungi tempat prostitusi, dan frekuensi masturbasi melebihi kebiasaannormal.

Pada orang- orang yang mengalami ini, seksmenjadi lebih penting dari pada pekerjaan ataupun kehidupan sosialnya. Siapapundapat mengalami gangguan seperti ini. Biasanya pada masa kecilnya merekamengalami pelecehan secara seksual, ataupun tertekan karena kejadian seksual.

Di Amerika, tercatat bahwa 20 persenpenderitanya adalah kaum wanita. Kebanyakan dari mereka yang mengalamikecanduan terhadap seks ini juga diikuti dengan kecanduan lainnya sepertialkohol, narkoba, judi, atau kegiatan- kegiatan pesta.

Seperti prilaku adiktif lainnya, orang orangini juga akan mengabaikan resiko yang mengikutinya. Selain risiko kehilanganteman, keluarga dan pekerjaan, resiko kesehatan menjadi hal yang sangatberbahaya, penularan HIV misalnya.

Pada beberapa klinik di Amerika, diagnosa prilakuseks adiktif ini dapat diketahui melalui pendekatan mental yang dilakukan olehahli kesehatan mental, pemeriksaan ini kemudian dilanjutkan dengan tessecreening.

Banyak juga para penderita yang menyadarigangguan yang ada dalam dirinya. Namun kebanyakan dari mereka masih malu untukmengungkapkan atau memeriksakan diri ke psikolog. Seringkali mereka berusahakeras untuk mengurangi atau menghentikan prilaku kompulsif ini, namun justruemosionalnya menjadi tidak stabil. Efek buruknya justru akan beralih padaalkohol dan narkotika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar